journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Tuesday, April 04, 2006

Analisa Planet Teh

“ Buang aku ke Planet Teh!”, katanya penuh semangat disertai binar mata yang jenaka. Itu bukanlah pernyataan putus asa sampai merasa harus membuang diri, ke planet teh pula yang entah di nun mana. Itu adalah pernyataan kesukaannya terhadap sesuatu. Itu menurutku.

Dari kalimatnya dapat diketahui 2 hal yang disukainya, yaitu teh dan planet (hal-hal yang berkenaan dengan astronomi). Dari gaya bicaranya dapat diketahui pula bahwa ia suka menggunakan kata-kata yang berkonotasi negatif. Ironis dengan wajahnya yang cerah dan suaranya yang riang. Ia lebih memilih memakai kata “buang aku”, bukan “bawa aku” atau “aku mau”. Baginya kata berkonotasi negatif justru asyik untuk digunakan karena orang jadi langsung pay attention terhadapnya. Kadang malah menjadi kelucuan tersendiri baginya atau bagi teman-temannya. Apakah ini pertanda bahwa ia sedang mengeksplorasi bahasa? Atau ia memang suka bermain dengan kata-kata dan mencoba memahami respon sosial atas kata-kata itu?

Aku tau dia sangat suka minum teh. Baginya minum teh di pagi hari sungguh menyegarkan. Wangi melatinya merangsang indra pengecapnya untuk terus menikmati teh seduhan ibunya. Berbeda dengan bau susu yang justru mengirim “sinyal negatif" ke otaknya sehingga memerintahkan mulutnya berkata “Gak mau!”. Dia bukan tidak suka minum susu, dia hanya tidak suka baunya. Susu coklat favoritnya, susu vanilla dia juga suka, susu rasa buah tak akan ditolaknya. Hanya saja dia tidak suka bau susu sehingga kadang-kadang dia masih meminumnya dengan botol agar bau susu tak tercium olehnya. Aku tak tau penyebab ia tak suka bau susu. Mungkin memang “sudah dari sononya” (tapi aku meragukan opsi ini), mungkin pula ia pernah punya pengalaman tak menyenangkan dengan bau susu. Mungkin ia pernah mencium bau susu basi. Mirip dengan sejarah mengapa kakak perempuannya tidak suka makan pepaya, yaitu karena waktu kecil pernah accidently makan pepaya busuk sehingga meninggalkan “trauma” baginya. Atau mungkin ia pernah mencium bau susu sambil melihat atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Mungkin juga karena ia memang tidak pernah meyukai bau-bau menyengat (menyengat dalam ukurannya tentunya). Yang jelas ia suka minum teh.

Selain suka minum teh di pagi hari, ia juga suka melakukannya di siang hari atau sela-sela waktu senggangnya (anda tau berapa banyak waktu senggang yang dimiliki anak umur 5 tahun?). sepulang sekolah ia akan mendatangi meja makan dan mencari secangkir teh sisa tadi pagi. Minum teh sepulang sekolah membuatnya segar kembali. Aku tau itu karena ia sering mengerjap-ngerjapkan matanya sambil mulutnya terus mengokop teh. Setelah itu ia siap untuk mengerjakan PR atau keliling-keliling main sepeda.

Teh hangat di malam hari kadang jadi permintaannya. Kadang sebelum tidur, kadang sembari main ular tangga. Seakan dengan minum teh dapat membuatnya relaksasi. Aku jadi bingung, sebenarnya teh itu mengandung zat yang menyegarkan (energizing) ataukah yang membuat tenang (relaxing)? Hal itu berlaku keduanya bagi dia. Kebingungan yang lain adalah, sebenarnya teh mengandung zat pencegah kanker atau justru penyebab kanker? Tulisan tentang teh mampu mencegah kanker pernah kubaca, artikel koran tentang teh sebagai penyebab kanker juga pernah didiskusikan dalam siatu forum yang kuhadiri. Kesimpulanku ketika itu, teh itu baik selama tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsinya karena segala hal yang berlebih-lebihan itu tidak baik dan tidak disukai.

Lalu di mana batas konsumsi teh bagi anak 5 tahun? Kakak perempuannya sering bilang padanya “Jangan terlalu sering minum teh nanti kamu kontet”. Apa benar ada hubungan antara konsumsi teh dengan pertumbuhan badan? Apakah itu hanya mitos? Anyone can explain it to me please?

Ia suka sekali hal-hal astronomis. Ia lebih suka bermain “Menjelajahi Tata Surya bersama Ovaltine” daripada ular tangga bergambar Dora & SpongeBob, tokoh kartun favoritnya. Ia juga berulang-ulang menyetel VCD “Penciptaan Alam Semesta” Harun Yahya yang dimukadimahi gambaran galaksi Bimasakti dan tata surya kita.

Mungkin dalam bayangannya Planet Teh adalah tempat yang berbeda sama sekali dengan tempat tinggalnya sekarang. Tempat ia bisa minum teh kapan saja, sebanyak ia mau. Ia juga bisa melihat beragam jenis teh, teh hijau, teh merah, teh hitam, teh seperti yang diminum Sinchan, teh yang diminum raja negaranya Mr. Bean, dan teh lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ia sering mengasosiasikan planet sebagai segala hal di luar dirinya dan seperti banyak hal lain di luar dirinya, planet tidak selalu sulit dijangkau. Planet Pluto mungkin sulit dijangkau karena jauh dari matahari seperti yang ia lihat pada lembar permainan “Menjelajahi Tata Surya” yang dibuat pada tahun 90an, tapi Planet Jupiter tidak terlalu jauh. Hanya terpisah 1 planet dengan Bumi, yaitu Mars. Jupiter cukup besar, cukup untuk menampung semua temannya. Baginya belum pernah ke Jupiter sama saja dengan belum pernah ke Sepang Malaysia tempat balap mobil F1 kesukaannya.

Lalu di mana letak Planet Teh? Di mana ia menempatkan Planet Teh dalam pikirannya? Di galaksi Bimasaktikah? Atau di luarnya? Sebuah galaksi lain yang juga imajinatif? Apakah ini fase yang harus dilaluinya dalam pengembangan kecerdasan spasial? Kuputuskan untuk membiarkannya berproses. Saat ini aku hanya bisa mempersiapkan dadu, orang-orangan, dan secangkir teh manis hangat untuk bermain “Menjelajahi Tata Surya” bersamanya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home