journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Wednesday, April 12, 2006

I Just Started It

wonk ikhsan: dari dulu diajakin nge-blog
wonk ikhsan: baru mau sekarang

Begitu tulis teman saya di YM, mungkin kalau diucapkan, nada bicaranya akan bernada antara menggoda dengan mengejek. Seperti mpok-mpok mengatakan “dari kemaren dipanggilin baru nongol ni ari, kemane aje?’.

wpurtini: dari dulu udah mau
wpurtini: baru mulai sekarang

Di media yang sama saya menjawab.

Memang sudah lama dia mengajak saya untuk menulis di blog. Sejak saya masih terdaftar sebagai mahasiswa UNJ. Sekitar satu atau satu setengah tahun yang lalu.

wonk ikhsan: suka nulis gak?
wonk ikhsan: gimana kalo nulis online aja?gampang kok

Begitu katanya sambil memberikan alamat blognya sendiri. Sayangnya, saya tidak tertarik. Saya pikir, bagaimana mengurusnya. Jangankan untuk mengurus, untuk mempelajarinya saja tentu perlu koneksi internet. Sementara warnet di sekitar UNJ masih dapat dihitung jari tangan, mungkin tangan kanan saja, dial up pula. Saya juga tak dapat mengandalkan labkom jurusan yang kadang online kadang tidak itu. Modal komputer dan jaringan sendiri? Wallahu a’lam bisanya.

Seiring dengan penyusunan skripsi, saya bertemu dengan orang-orang yang begitu dekat dengan internet. Ternyata mereka juga membangun blog sendiri. Misalnya Anduz dengan blueboxnya dan Pak Widi yang memisahkan antara blog pribadi dengan pekerjaan seninya. Tapi tidak semua mereka membuat blog. Pak Arif yang menjadi narasumber utama saya, tidak menulis blog (atau belum barangkali). Tapi beliau memang mengurus banyak hal lain sih, he had two jobs. Lalu saya juga berkenalan dengan Budhi. Blognya lebih sederhana dan kesederhanaan itu membuat saya berpikir, “Ini sih mestinya gue juga bisa". Waktu itu di Friendster juga muncul fasilitas blog. “Wah makin gampang nih bikin blog.” Membaca blognya Catuy, membuat saya lebih tertarik. Membaca blognya Panji (simak judulnya waktu itu: go blog panji sehingga prenster) membuat saya makin tertarik. Ada tulisan Panji ketika itu yang seakan-akan mencerminkan perasaanku sendiri. Begini bunyinya, “rasa ingin tahu panji semakin menjadi-jadi, mirip hulk tapi belon jadi hulk, baru pemanasan gitu. karena ingin tahu, panji iseng ngeliat blognya si XpatpatX.. ooohhh... ternyata begituh isinya... ya sudah deh, ikutan aja deh (ikut2 lebih tepatnya)“. Wah, kalau Panji sudah ikut kenapa saya belum? (jiwa ikut-ikutannya ikutan muncul). Tapi setelah saya melihat-lihat blog teman-teman Friendster, rasanya kok begitu-begitu saja. Hanya tulisan iseng yang hanya bermakna bagi penulisnya, tidak bagi saya pembacanya, kecuali saya berminat untuk mengamati tulisan orang itu lebih lanjut.

budhi norack: blog kan kayak diary
budhi norack: terserah kita mo gimana nulisnya

Bagi saya, tulisan adalah sebuah identitas. Sebuah ciri khas. Seperti sidik jari. Tulisan setiap orang berbeda, karena tiap orang adalah individu yang unik. Setelah beberapa mengamati tulisan teman-teman, saya makin dapat membedakan tulisan dan blog mereka. Ada yang menginspirasi, ada yang tidak. Salah satu yang menginspirasi adalah blog keluarga Ismail Fahmi. Enak dilihat, susunannya baik, dan tulisannya juga oke. Nampaknya mereka hendak menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Their blog looks like a home, a home for them. Di mading jurusan, terpampang tulisan mengenai blog. Sebenarnya itu artikel koran yang difotokopi (mungkin fotokopi perbesar) lalu ditempel di sana. Entah siapa yang melakukannya. Artikel itu lama bertahan di mading jurusan, sampai kumal. Entah karena memang menarik minat TPers atau karena sifatnya features jadi ia tak mudah tergusur seperti kertas-kertas pengumuman jadwal kuliah, syarat-syarat beasiswa, dll.

Inspirasi sudah banyak, niat sudah ada, tapi saya tetap malas nge-blog.

wpurtini: aku takut klo nanti brenti di tengah jalan
wpurtini: aku takut klo nanti aku brenti ngeblog, nanti ngecewain yg baca
(uh, serasa bakal ada yang baca gitu…. sebenarnya sih takut mengecewakan diri sendiri)

budhi norack : kenapa harus mikirin yg baca?
wpurtini : karena aku sendiri kecewa klo org yg blognya suka kubaca, brenti nulis.

Saya kecewa ketika Avianto memutuskan out dari dunia blogging. His website is quite fun, beautiful, and inspiring. Not just that, website itu juga yang membawa saya pada dunia blogging yang lebih luas. Pada blog-blog yang menarik. Pada blogger-blogger yang lebih beragam karakternya. Tapi ia memutuskan untuk berhenti (tapi sepertinya untuk kembali berjalan nanti, “ah sok tau kenal aja engga”).

Penelusuran website Avianto juga membawa saya pada Apa Saja Podcast, yang juga dibuat oleh Avianto. Awalnya saya hanya memanfaatkan podcast itu untuk bisa mendengar lagu CozyStreetCorner secara gratis. Kemudian saya coba mendengar entry-entry yang lain, sebenarnya karena bosan mendengar musik pilihan operator warnet.

Sungguh Allah yang telah menentukan segalanya. Di tengah hingar bingar musik suguhan operator warnet, di antara suara podcast yang direkam secara tidak profesional, saya mendengar Avianto berkata, “Mulailah, karena memulai itu yang sulit,” begitu kira-kira (saya tidak ingat persis, saya juga tidak mendengar keseluruhan entry itu, saya sudah tulis tadi, waktu itu berisik).

Itu bukan kali pertama saya mendengar nasihat seperti itu. Tapi kali ini timingnya begitu tepat. Berikutnya saya ke warnet, saya mulai blog saya. Kalau orang-orang berkata, ingat blog ingat Enda, maka berbedalah mereka dengan saya. Ingat blog, ingat Avianto. Mungkin begitu saya akan berkata. Atau mungkin juga, ingat blog ingat Ikhsan. Soalnya, baru saja saya mengakrabkan diri dengan tool-tool yang ada di sini, Ikhsan sudah berbaik hati menawarkan diri, “Mo didandanin gak blognya?” Hehe… thanks to Ikhsan and all of people who gave me inspiration. Bismillah, I just started it ;)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home