journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Monday, May 25, 2009

Tuhan 9 Senti dan Kegundahanku

Pernah posting shoutout di Friendster bunyinya begini, "Tolong, jangan merokok di dalam angkot. Apalagi kalo angkotnya penuh atau ada anak-anak. TOLONG!". Tak diduga, seseorang mengirimi saya pesan, "Cuma monyet yang ngerokok di dalam angkot." Maka terjadilah diskusi ringan dunia maya lewat jejaring sosial itu. Kesimpulannya, begini pendapat beliau, "Yang jelas menghadapi masalah lingkungan harus dikeroyok bareng-bareng..yupz saya peroko berat, tapi bukan berarti setiap tempat saya bisa bebas merokok." 

Lalu nyambung ke masalah lain....
Begini katanya, "Untuk masalah sampah, salah satu masalah lingkungan yang terberat di Indonesia, terbukti dengan kasus leuwi gajah bandung dan gunung-gunung dijadikan tempat sampah padahal yang saya tahu yang suka naik gunung kebanyakan mempunyai latar belakang "PENCINTA ALAM ?????" apa lagi di kota pasti masalah sampah sulit untuk di atasi...
semoga saja kita terbebas dari segala persoalan lingkungan...termasuk sampah dan rokok di dalamnya...meski kita tidak banyak berbuat untuk lingkungan... "Jadi, jangan dulu Merokok dan makan permen sebelum tahu di mana membuang puntung dan plastik permen"

Demikianlah...

Beberapa hari yang lalu saya menemukan puisi ini di sini, saya pikir perlu lebih banyak sosialisasi tentang keputusan MUI yang mengharamkan merokok di tempat umum dan perlu lebih banyak publikasi untuk puisi ini. Thumbs up for Pak Taufik Ismail. Yuk, kita mulai dari diri sendiri, jangan merokok kecuali dapat dipastikan tidak ada yang dikorbankan sebagai perokok pasif.

Tuhan 9 Senti

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak

merokok,

Di sawah petani merokok,

di pabrik pekerja merokok,

di kantor pegawai merokok,


di kabinet menteri merokok,

di reses parlemen anggota DPR merokok,

di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,

hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,

di perkebunan pemetik buah kopi merokok,

di perahu nelayan penjaring ikan merokok,

di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,

di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,


Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im
sangat ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang
tak merokok,


Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,

di ruang kepala sekolah ada guru merokok,

di kampus mahasiswa merokok,

di ruang kuliah dosen merokok,

di rapat POMG orang tua murid merokok,

di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,


Di angkot Kijang penumpang merokok,

di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk

orang bertanding merokok,


di loket penjualan karcis orang merokok,

di kereta api penuh sesak orang festival merokok,

di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,

di andong Yogya kusirnya merokok,

sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula

merokok,


Negeri kita ini sungguh nirwana

kayangan para dewa-dewa bagi perokok,

tapi tempat cobaan sangat berat

bagi orang yang tak merokok,


Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,

diam-diam menguasai kita,


Di pasar orang merokok,

di warung Tegal pengunjung merokok,

di restoran di toko buku orang merokok,

di kafe di diskotik para pengunjung merokok,


Bercakap-cakap kita jarak setengah meter

tak tertahankan asap rokok,

bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun

menderita di kamar tidur

ketika melayani para suami yang bau mulut

dan hidungnya mirip asbak rokok,


Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang
bergumul

saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,

tapi kita tidak ketularan penyakitnya.

Duduk kita di sebelah orang yang dengan cueknya

mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,

kita ketularan penyakitnya.

Nikotin lebih jahat penularannya

ketimbang HIV-AIDS,


Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia,

dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap
tembakau itu,

Bisa ketularan kena,


Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,

di apotik yang antri obat merokok,

di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,

di ruang tunggu dokter pasien merokok,

dan ada juga dokter-dokter merokok,


Istirahat main tenis orang merokok,

di pinggir lapangan voli orang merokok,

menyandang raket badminton orang merokok,

pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,

panitia pertandingan balap mobil,

pertandingan bulutangkis,

turnamen sepakbola

mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,


Di kamar kecil 12 meter kubik,

sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,

di dalam lift gedung 15 tingkat

dengan tak acuh orang goblok merokok,

di ruang sidang ber-AC penuh,

dengan cueknya,

pakai dasi,

orang-orang goblok merokok,


Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im

sangat ramah bagi orang perokok,

tapi tempat siksa kubur hidup-hidup

bagi orang yang tak merokok,


Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,

diam-diam menguasai kita,


Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,

duduk sejumlah ulama terhormat merujuk

kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap.

Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.

Bukan ahli hisab ilmu falak,

tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka

terselip berhala-berhala kecil,

sembilan senti panjangnya,

putih warnanya,

ke mana-mana dibawa dengan setia,

satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,


Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,

tampak kebanyakan mereka

memegang rokok dengan tangan kanan,

cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.

Inikah gerangan pertanda

yang terbanyak kelompok ashabul yamiin

dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?


Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.

Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.

Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.

Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.

Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al
hawwa’i.

Kalau tak tahan,

Di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum.


Min fadhlik, ya ustadz.

25 penyakit ada dalam khamr.

Khamr diharamkan.

15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).

Daging khinzir diharamkan.

4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.

Patutnya rokok diapakan?


Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.

Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.

Mohon ini direnungkan tenang-tenang,

karena pada zaman Rasulullah dahulu,

sudah ada alkohol,

sudah ada babi,

tapi belum ada rokok.


Jadi ini PR untuk para ulama.

Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,

Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,

jangan,


Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar

perbandingan ini.

Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang

kepalanya berapi itu,

yaitu ujung rokok mereka.

Kini mereka berfikir.

Biarkan mereka berfikir.

Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,

dan ada yang mulai terbatuk-batuk,


Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,

sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati

karena penyakit rokok.

Korban penyakit rokok

lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,

lebih gawat ketimbang bencana banjir,

gempa bumi dan longsor,

cuma setingkat di bawah korban narkoba,


Pada saat sajak ini dibacakan,

berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara

kita,

jutaan jumlahnya,

bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,

dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,

diiklankan dengan indah dan cerdasnya,


Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,

tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada

tuhan-tuhan ini,

karena orang akan khusyuk dan fana

dalam nikmat lewat upacara menyalakan api

dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,


Rabbana,

beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

9 Comments:

At 8:45 AM , Anonymous nomercy said...

saya adalah perokok berat ... tetapi setiap berada di lingkungan umum saya tidak merokok ... apalagi kalau ada anak kecil, orang sakit atau wanitanya ...

 
At 6:57 AM , Anonymous chie135 said...

ternyata qta sama post puisi ini karena bener2 benci rokok... :)

ataskuh, berhentilah merokok! ga bisa itu bohong! ayahku sendiri bisa kok...

 
At 1:14 AM , Blogger Unknown said...

By Taufik Ismail...

Hehe, lg cari inspirasi juga toh...

 
At 5:50 AM , Blogger Winy said...

@nomercy: saya sangat menghargai etika anda.
@chie: iya chie, makasih ya... tapi lebih khusus, saya tersiksa dengan perilaku merokok di tempat umum.
@miphz: maksudnya? kan udah ditulis di atasnya soal pak taufik ismail. apa kabar?

 
At 8:53 PM , Anonymous Anonymous said...

harus di rubah mindsetnya win... salah satunya adalah potong generasi, sudahlah yang sudah kecanduan emang susah di kembalikan ke jalan yang lurus, selanjutnya adalah generasi mudanya yg masih sd-smp di ubah mind setnya, jadikan rokok itu sebagai suatu aib, sesuatu yang memalukan hingga orang tidak mau merokok... gak boleh ada iklan rokok lagi di billboard2, iklan di teve dll

 
At 11:03 PM , Blogger Winy said...

@calakan: setuju! berarti budhi siap bantu ya klo aku dah gabung sama Forum Anak Bebas Tembakau?!

 
At 9:59 PM , Anonymous Anonymous said...

i love this post
may i copy for my blog?

 
At 2:37 AM , Blogger Winy said...

@elsa: monggo...it would be my pleasure..

 
At 11:59 PM , Blogger Muhammad Setiawan said...

bisnis jahat yang bernama rokok ..

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home