journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Tuesday, September 21, 2010

Cerita Fathir

Di sekitar rumah kontrakanku, ada beberapa anak kecil. Suamiku, yang mantan guru PAUD itu, memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka. Kalau suamiku sedang tidak di rumah, tidak sekali dua kali mereka datang ke rumah, memanggil nama suamiku, dan mencari kehadirannya. Salah satunya adalah Fathir, berumur tiga tahun, berambut ikal seperti suamiku, berbulu mata lentik, dan bersenyum dingin yang khas seperti ibunya.

Sore itu suamiku baru saja tiba dari kantornya. Itulah pertama kalinya aku menyambutnya di rumah, berperan sebagai istri. Turun dari motornya, ia pun mengucap salam sambil memberi senyuman yang sangaaat manis.
”Assalammualaikum.”
”Waalaikumsalam.” Aku pun tersenyum. Sedikit ragu, sedikit kaku, sedikit malu. Tadi pagi, sebelum ia berangkat, kami telah melakukan ritual perpisahan. Sepertinya ritual pertemuan pun akan lebih kurang sama. Aku melangkah satu kali mendekatinya, kami pun sudah berhadapan. Kucium tangannya tanda hormat, lalu ia lebih mendekat untuk mencium keningku. Ketika bibirnya mendarat di keningku, kudengar suara Fathir berkata,
”Idiiiiiih...lagi ngapain tu?”
Kami pun menengok padanya dan tertawa. Melihat wajahnya yang dinakal-nakalkan, kami pun tertawa lebih keras. Ah, jadi malu. Ritual pun disudahi.

**

Aku dan suamiku suka saling memanggil dengan panggilan yang bagus-bagus, termasuk “sayang”. Contohnya “Sayang mau teh tidak?”, “Istriku sayaaaang..”, “Sayang, tolong tutup jendelanya”, “Hati-hati bawa motornya ya yang!”, dan sebagainya. Di lokal petakan kontrakan kami, mungkin hanya aku dan suamiku yang seperti itu. Pasangan lain saling memanggil nama, atau sapaan orang tua seperti mama, ayah, ibu. Kalau pergi ke warung, jidat kami ini seperti ada stempelnya: Pengantin Baru.

Fathir mempunyai teman baik bernama Dwi. Rumah Dwi hanya berjarak satu rumah dengan rumahnya. Pagi-pagi baru bangun tidur pun Fathir bisa langsung mengajak Dwi bermain. Nah, pagi itu Dwi tidak terlihat di depan rumah. Mungkin masih tidur karena malamnya ia demam. Sementara Fathir sudah rapi, sudah mandi, ditandai dengan bedak yang membalur di keningnya. Tak sabar menunggu, Fathir pun memanggil,
“Duwwi........”
Tak ada jawaban.
“Duwiiiii, main yuuukk.......”
Tetap sepi.
Fathir pun mencoba lagi,
“Dwi sayaaaaang...... oh, Dwi sayangkuuuuuuuuuuu”
Aku pun tergelak.


**

Ahad di bulan Juni. Makan siang sudah tersedia. Hanya menu sederhana. Olahan dari telur dan makanan beku siap saji. Kutata di ruang depan. Lauk dan air. Piring, gelas, dan sendok. Terakhir panci magic com berisi nasi hangat. Alhamdulillah. Sungguh bersyukur kami memiliki makanan.

Suamiku duduk di sebelah kananku, menghadap ke pintu. Fathir lewat. Suamiku pun memanggil,
“Hei Fathir. Sudah makan belum? Makan yuk sama Om!”
”Engga ah, Fathir udah makan.”
”Pakai apa?”
”Pakai ayam”
”Oh, ya udah. Om sama tante makan dulu ya?!”
Fathir mengangguk.
Aku lalu menyendokkan nasi ke piring suamiku dan kuserahkan padanya. Sementara ia mengambil lauk, aku menyendokkan nasi ke piringku. Tiba-tiba Fathir berkata,
”Om mau disuapin yaaaaa?” sambil menunjuk ke suamiku dengan wajah menggoda.
Kami yang belum mengerti maksud Fathir pun menjawab,
”Enggak dong. Kan udah gede. Suap sendiri. Fathir juga ya, kalo makan suap sendiri, apalagi kalo ibu lagi repot.”
“Iya Fathir, kalo udah gede suap sendiri, kayak abang Fathir.”
Tak disangka, Fathir menjawab,
“Ah, waktu itu om disuapin. Hayoooo ooom...waktu itu Fathir liat om disuapin sama tante. Iya kaaaan....?”
Kami pun tertawa sambil meringis, bertanya-tanya, kapan ya dia melihatnya, adegan apalagi yang telah ia tangkap melalui jendela rumah kami. Haha....

6 Comments:

At 12:34 AM , Blogger Billy Antoro said...

Barangkali kita perlu mewaspadai anak ini...

 
At 6:20 PM , Blogger Winy said...

mewaspadai apa, wong anda yang menyelundupkannya masuk ke rumah kita :P

 
At 6:52 PM , Blogger maesaroh said...

wkekekeke. tapi memang kok, ya, anak kecil itu perekam yang baik, makanya tinggal yang direkamnya aja dikondisikan supaya tepat untuk anak itu :D

 
At 5:53 PM , Blogger Winy said...

betul bu guru..;)

 
At 1:32 AM , Anonymous ita said...

salam kenal mba,makasih sudah mengunjungi blok saya...

memang anak kecil itu perekamnya kuat banget..asal klu malem gak ngintip aja hehehhehe

 
At 8:37 PM , Blogger Winy said...

salam kenal juga mba ita. widget di blognya mba ita keren loh... wah, jangan sampai deh diintip malama2, hee...

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home