journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Thursday, March 18, 2010

Bawa Uang

Di tempat saya yang baru, orang-orang tidak perlu membawa uang kemana-mana. Bukan karena sistem uang plastiknya sudah canggih, tapi karena transaksi jarang terjadi. Mau makan, sudah disediakan 3 kali sehari. Mau ngemil di kantor, juga sudah tersedia. Mau cemilan lain, pilihan tidak banyak, sementara jarak penjualnya berjauh-jauhan (berjualan di rumah masing-masing), atau kepadatan aktivitas yang tidak sempat memikirkan cemilan lain. Mau beli keperluan kantor, minta bendahara. Pasar lumayan jauh, mall jauh banget. Beli baju dari teman kerja, bisa bayar pas gajian. Bayar arisan dan sekolah anak pun sudah diurus kantor penggajian. Transportasi tinggal jalan kaki, naik mobil yayasan, atau ngojek dengan dibiayai kantor (kalau urusan kantor). Jadi, di tempat saya, selama masih berada di kampung Cihideung, kemana-mana tidak bawa uang tidak masalah. Saya pun ikut terbiasa tidak membawa uang kemana-mana. Paling selembar sepuluh ribuan saja untuk jaga-jaga. Kadang tidak membawa uang sama sekali.

Suatu hari, sekelompok guru yang tergabung dalam Tim Pembinaan Siswa ditugaskan ikut rapat di kantor pusat di Jakarta. Mobil milik yayasan mengantar mereka, plus supirnya. Sampai KM 45, mereka berhenti di SPBU dan mengisi tanki bensin. Sesudah bensin terisi penuh, Pak Rian merogoh kantongnya untuk mengambil dompet, hendak membayar bensin. Wah, ternyata dompetnya tertinggal di rumah. "Ada yang bawa duit ga?" tanyanya pada penumpang yang lain. Pak Harun menggeleng. Bu Yuni menggeleng. Bu Rahma menggeleng. Pak Kus menggeleng. Biasanya, kalau tugas ke kantor pusat juga tidak perlu bawa uang, kalau tidak berniat beli oleh-oleh buat orang rumah. Transportasi jelas ditanggung, makan juga, jadi buat apa bawa uang. Semua orang masih membawa kebiasaan di Cihideung. Pak Cecep sang pemegang setir pun jadi bengong. Jadi siapa yang bayar inih?

Akhirnya semua orang membongkar tas, kantong, dan dompetnya. Sedikit-sedikit uang dikumpulkan, akhirnya cukuplah untuk membayar bensin. Sementara niat ke toilet ditahan dulu selama bisa ditahan. Khawatir dimintai uang kebersihan oleh pengurus toiletnya, hehe....

2 Comments:

At 9:36 PM , Anonymous Anonymous said...

cihideung lembang kah?

 
At 9:40 PM , Blogger Winy said...

bukan pak. cihideung cinangka, anyer. kalo yang di lembang itu beda lagi, kembaran lembaga yg baru dibangun ;)

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home