journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Saturday, October 16, 2010

Anne of Green Gables

Yak! Ini resensi pertama di blog ini. Langsung saja ya!

Buku ini bagus. Bagus. Dan menarik. Sedikit mengingatkan pada Little House on the Prairie-nya Laura Ingalls (walau saya belum pernah benar-benar baca buku itu).

Anne Shirley, dengan latar belakang yatim piatu dan dalam buku ini diadopsi oleh Matthew dan Marilla Cuthbert, adalah anak yang cerdas. Ia dapat mengeluarkan apa yang ada dalam kepalanya dengan kata-kata yang sesuai, tepat, bahkan canggih. Pada awalnya saya berpikir anak ini agak tomboy, karena ia berani melakukan ini-itu yang mungkin biasanya tidak dilakukan anak perempuan. Misalnya, berniat tidur di atas pohon ceri liar di malam hari. Ternyata tidak. Anne justru sangat feminin. Ia begitu peduli pada lengan baju menggelembung yang sedang tren pada saat itu. (Eh, ini soal feminitas atau kecenderungan anak untuk sama dan diterima oleh teman ya?). Dan berkembang bersamaan dengan alur cerita, terlihat Anne menikmati kesejajaran dengan lawan jenisnya, melalui persaingan dan hubungan yang berevolusi dari waktu ke waktu.

Green Gables adalah sebuah tempat yang indah. Penulisnya, Lucy Maud Montgomery, memang lahir di pulau yang melatari Green Gables, yaitu Pulau Prince Edwards, Kanada. Berkali-kali keindahan pulau itu dideskripsikan oleh Bu Montgomery. Saya jadi ber pikir, ini agaknya promosi terselubung atas tempat kelahiran sang penulis. Tentu saja, indahnya Green Gables berbeda dengan indahnya hutan Cinangka yang saya tinggali sekarang. Kalau Anne kasihan pada orang-orang yang tak mengenal bunga mayflower, saya prihatin padanya yang tak mengenal pohon bambu. Tak ada pohon bambu yang pernah disebut dalam buku itu.

Penokohan dilakukan dengan cukup bagus walau buku ini benar-benar berfokus pada Anne, Marilla, Matthew, dan Mrs. Lynde. Saya baru jelas melihat karakter tokoh lain di bagian akhir cerita. Josie Pye dan Gilbert Blythe, misalnya. Mungkin juga sayanya aja yang telmi.

Kalimat pertama yang membuat saya terkesan adalah saat Anne menunggu dijemput Matthew di stasiun kereta: “Karena satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah duduk dan menunggu, maka dia duduk dan menunggu dengan seluruh daya dan upayanya.” Haha..benar juga ya, untuk menunggu dengan baik itu memang diperlukan upaya.

Bab paling lucu adalah Bab Imajinasi Indah yang Berkembang ke Arah yang Salah. Anda harus membacanya sendiri.

Cerita tentang persahabatan selalu menarik buat saya. Bahkan dalam buku Saman-nya Ayu Utami pun, hal yang paling menarik bagi saya adalah persahabatan 4 wanita di dalamnya. Nah, Anne ini punya sahabat bernama Diana. Suatu hari, Marilla menemukan Anne yang berumur 11 tahun ini menangis tersedu-sedu memikirkan bahwa suatu hari nanti Diana akan menikah dan mereka akan terpisahkan. Sungguh hal yang konyol. Tapi setelah saya pikir lagi, saya juga kadang seperti itu, takut menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan.


Yang menarik lagi, buku ini dapat kembali mengingatkan saya akan pentingnya politik. Lucu kan? Buku tentang anak-anak kok nyambung ke politik. Saya orang yang tidak terlalu terlibat dalam politik, tapi ada saat-saatnya saya pikir saya harus terjun di dalamnya. Nah, dalam buku ini, terlihat bahwa, hanya dengan melihat wajah murung Anne setiap kiriman pos datang, yang berarti pengumuman kelulusan Akademi Queen belum ada, Matthew mempertimbangkan dengan serius untuk mengubah pilihannya dari Partai Konservatif (yang saat itu berkuasa dan mengurus dewan pendidikan), ke Partai Liberal.

Banyak hal menarik yang dapat Anda temukan di buku ini. Saya, yang berpendapat bahwa buku bagus itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu buku yang perlu dimiliki dan buku yang cukup dipinjam di perpustakaan, merekomendasikan agar buku ini dimiliki. Bab terakhir membuat saya meneteskan air mata. Anne terus mengalami pertumbuhan sehingga Anne di akhir cerita tidak sama dengan Anne di awal cerita . Mungkin hal itulah yang membuat saya, meski menilai buku ini bagus.Bagus.Dan menarik, tidak tertarik untuk membaca ulang. Bagaimana dengan Anda?

Oya, saya jalan-jalan ke tempat Erma dan menemukan resensi lain tentang buku ini. Silakan kalau mau baca.

1 Comments:

At 9:31 PM , Blogger Winy said...

ini bukan resensi ding..hanya berbagi pengalaman membaca =D

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home