journal of a learner

one effort to write. one effort to be a lifelong learner

Sunday, March 22, 2009

Saat Chatting Dini Hari

Aku meminta pendapat
Kamu bilang tak punya pendapat
Aku menanyakan pandangan
Kamu bilang tak punya data pegangan
Aku berharap opini
Buatmu semua harus jelas sanad matan rawi
....

*dini hari ini aku belajar satu hal lagi*

Wednesday, March 18, 2009

Cerita Bila

Bila adalah anak balita yang cantik. Senyum dan matanya mempesona. Gerak-geriknya menawan hati setiap orang. Andai saja berat badannya tidak menembus angka obesitas, ia pasti menjuarai Lomba Anak Sehat. Meskipun begitu, tetap saja ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang datang ke TK "Let's do Fun Learning". Orang tua murid yang lain, wartawan majalah orangtua dan anak, sales buku anak, marketing agent perusahaan susu, semua pasti tertarik padanya.

Bila, hampir selalu menang dalam lomba menyanyi, menari, fashion show, dan foto anak. Setiap ada kesempatan berlomba di bidang-bidang tersebut, Nenek selalu semangat mendaftarkan Bila. Bila juara, Nenek-Papa-Mama bangga, penonton pun puas melihat aksinya.

Tapi kali ini, Bila tidak mau ikut lomba-lomba macam itu. Tidak mau! Guru-guru di TK-nya pun bingung, jagoan mereka tak bersedia berlomba. Tentu banyak anak lain yang juga berbakat, tapi Bila selalu membuat semarak. Apa jadinya acara Independence Day mereka tanpa laga Bila?

Ternyata, Bila tetap akan berlaga. Tapi bukan di lomba-lomba yang biasanya dia ikuti. Bila mau ikut lomba lari dan lomba pindah bola! 
Nenek merayu-rayu, " Ayo Bil, ikut lomba nyanyi. Biar menang."
Kak Sasa mendukung, " Iya Bil, nanti Kakak nonton deh".
Mama menimpali, " Iya Bil, kalo lomba nyanyi pasti Bila menang. Yang lain ga ada yang bagus. Si Doni juga ga ikut, jadi pasti Bila yang menang."
Mas Farid ikut-ikutan mengomentari si bungsu, " Emang Bila bisa lari? Udah nyanyi aja."
Muka Bila memerah.
"Kenapa sih? Aku gak mau ikut lomba yang itu lagi. Aku mau ikut lomba lari! Kenapa semua ngatur aku? AKU GAK MAU DIATUR-ATUR!!"

Setelah melalui berbagai perdebatan, di dapur, di ayunan, di tempat tidur, di depan komputer, akhirnya tercapai kesepakatan. Bila akan ikut Lomba Lari serta Lomba Pindah Bola, satu-satunya lomba panggung yang akan Bila ikuti adalah, Fashion Show.

Pagi itu semua berkumpul di aula masjid dekat TK. Orang-orang pakai baju bertema merah putih. Balon-balon dengan warna yang sama terpasang di teras dan lapangan masjid. Pagi itu semua semangat!

Bila juga semangat, sejak datang ia terus tersenyum. Bila tak sabar menunggu saatnya lomba lari, "Ah, lama amat sih Bu Ani pidatonya!".

Akhirnya lomba dimulai. Beberapa lomba dimulai serentak. Di lapangan ada lomba lari, di aula ada lomba menyanyi, di selasar ada cerdas cermat Bahasa Inggris, dan di mana-mana ada makanan berbahan dasar susu hasil lomba resep orang tua.

Di sisi lapangan Bila bersiap di depan garis start, alisnya menyatu, wajahnya merah kepanasan, pikirannya fokus pada garis finish. Siap.... 1.....2....3! Bila berlari sekencang-kencangnya. Bila pasti bisa. Bila sudah latihan berkali-kali. Bila mulai terengah-engah. Garis finish masih jauh. Teman-teman mendahului. Tekad Bila tetap kuat. Tapi tekad Bila terhambat bobot tubuhnya. Bila terakhir tiba di garis finish.

Segera terlihat ekspresi yang tak pernah ada di wajah Bila, dan tak ada siapa pun yang mengerti. Tidak juga Bila. Semua orang bersorak, menyemangati Icha dan Aya yang masuk urutan pertama dan kedua. Icha dan Aya akan berlomba lagi di babak final. Tidak ada yang bersorak untuk Bila. Mas Farid dan Kak Sasa sedang ikut cerdas cermat. Papa pasti sedang merekam mereka. Nenek ikut lomba resep. Hanya ada Bu Dwi yang mengambil foto para peserta. Beliau mendekati Bila dan berkata, " Ayo Bila semangat, habis ini Lomba Pindah Bola loh, siap ya."

Bila masih semangat untuk Lomba Pindah Bola, tapi sekarang, Bila takut untuk kalah. Kalah berarti tidak jadi pusat perhatian. Bila kan selalu jadi pusat perhatian.

Tak disangka ternyata Lomba Pindah Bola sangat menyenangkan. Bila, Kevin, dan Mas Farid, yang sudah selesai cerdas cermat, bekerjasama memindahkan bola dari sisi lapangan yang satu ke sisi yang lain. Mas Farid pintar mencari cara agar dapat menjadi yang tercepat. Kak Sasa bersorak untuk mereka. Papa merekam sambil berteriak-teriak menyemangati. Pada akhir lomba semua orang bertepuk tangan untuk mereka. Walaupun mereka bukan yang tercepat, tapi aksi mereka sangat disukai penonton: cerdik, kompak, dan lucu. Bila senang sekali. Bila juga berterima kasih pada Mas Farid yang mau ikut berlomba bersamanya.

Setelah itu Bila langsung bersih-bersih dan ganti baju. Fashion Show akan dimulai.

Di panggung, Bila berjalan melenggang. Tersenyum ke setiap mata yang memandang. Tau persis waktunya harus berhenti untuk membiarkan orang mengaguminya. Tau persis bagian panggung yang tepat untuk berpose dan membiarkan belasan kamera memotretnya.

Tengah hari, nama-nama pemenang lomba diumumkan. Seperti sudah diduga semua orang, Lomba Fashion Show dimenangkan oleh Bila. Sebelum acara ditutup, Mila sang juara Lomba Menyanyi dipersilahkan untuk bernyanyi di panggung. Nenek menggerutu, "Ah....coba Bila ikut. Pasti Bila menang. Apa itu, nyanyi kok gak bergerak, gak ada senyum, gak bagus." Bu Eka pun menyayangkan, "Iya, Bila sih ga ikut....". Bila diam saja. Aku tersenyum dan bertanya-tanya dalam hati, akan jadi apa ya Bila nanti.

*cerita ini utk diambil hikmahnya, tak ada maksud menyinggung pihak mana pun*

Tuesday, March 17, 2009

Capek

aku capek naik angkot
apalagi dengan macet
badan pegal-pegal
pengen kerja yang dekat
atau langganan ojek semurah-murahnya
atau....
ah, itu tak perlu dikatakan
nanti balik lagi ke postingan yang basi

untukmu kawan

hidup mulia atau mati syahid
itu mottomu
hidup mulia diawali dengan kesucian diri
itu yang kau tau
muliakah engkau memegang tangan dan berkhalwat dengan yang bukan muhrimmu?

Saturday, March 07, 2009

Do You Know

This is one of my most favourite song. Hear it for the first time from Mariah Carey's voice in her 1's album. This song actually theme song of "Mahogany" but I didn't watch it yet. Diana Ross was 1st artist who sing this song. I was listen to it over and over again by my walkman in my dorms when I was in college. For me, it's kinda deep and spiritful. I oftenly questioning myself by those questions either. 

(Do You Know Where You're Going To?)
(Theme from Mahogany)
(Masser/Goffin)

Do you know where you're going to?
Do you like the things that
life is showing you
Where are you going to?
Do you know...?
Do you get
What you're hoping for
When you look behind you
There's no open door
What are you hoping for?
Do you know...?
Once we were standing still in time
Chasing the fantasies
That filled our minds
You knew how I loved you
But my spirit was free
Laughin' at the questions

That you once asked of me
Do you know where you're going to?
Do you like the things that
life is showing you
Where are you going to?
Do you know...?
Now looking back at
all we've planned
We let so many dreams
Just slip through our hands
Why must we wait so long
Before we'll see
How sad the answers
To those questions can be
Do you know where you're going to?
Do you like the things that
life is showing you
Where are you going to?
Do you know...?
Do you get
What you're hoping for
When you look behind you
There's no open door
What are you hoping for?
Do you know...?

Milad Sahabat

Hari ini milad seorang sahabatku. Hmm... sahabat. Sungguh aku bersyukur Allah mengikatkan hati kami.

Hari ini miladnya, ia mentraktirku. Sayangnya, tukang baksonya mengantuk, porsinya jadi tak sama. Aku dapat dua, dia cuma dapat satu. Aku dapat empat, dia cuma dapat tiga.

Hari ini hari lahirnya. Tapi justru dia yang memberiku hadiah. Tak sembarang hadiah. Hadiah yang sudah lama kuinginkan. Hadiah yang juga kubutuhkan.

Terima kasih sahabat. Semoga keberkahan dan hidayah melimpah untukmu, ridhoNya menyertai umurmu. Barakallahu fii umrik. Semoga Allah menjaga hati kita. I love you coz Allah.

Monday, March 02, 2009

Pelupa

hari itu aku makan capcay
kamu makan sop iga
aku pakai baju merah muda
berjaket abu-abu

tidakkah ada yang kau ingat tentang hari itu?
kamu bilang aku makan soto
sama kayak kamu
kamu bilang aku pake baju ungu
rasanya aku pilu

Cerita Opan

Opan sekeluarga akan pergi ke Anyer hari ini. Uwa'nya Ayah yang tinggal di sana mau menikahkan anaknya. Pagi-pagi Ayah sudah bangun dan mempersiapkan Opan menghadapi perjalanan. Sudah mandi, sudah wangi, sudah pakai baju, Ayah pun tak lupa memakaikan Opan diapers. Intinya, Opan sudah siap!

Tadi malam, Mama pulang larut, baru selesai mengadakan seminar kesehatan dan pendidikan anak. Mama masih tidur-tiduran di kamar sambil sms-an sama Nenek soal keberangkatan mereka. Tiba-tiba Opan mau pipis. "Mah....pipis....". Mama mengantar Opan ke kamar mandi, membuka celana Opan, dan membuka diapersnya. Selesai pipis, Opan gak mau pakai diapersnya lagi. Mama membujuk, Opan menggeleng sambil pasang tampang mau nangis. Mama merayu, Opan malah pasang kuda-kuda mau lari. Daripada Opan ngambek, trus acara jalan-jalan jadi rusak, Mama memilih nyerah.

Sudah pakai celana, Opan lari ke teras rumah. "Aciik.....main sama Kakak". Gak lama, Ayah yang tadi asyik baca koran menggendong Opan, ngajak jalan sebentar ke tetangga depan rumah. Mo liat kambing yang umurnya tinggal beberapa hari lagi kalo udah divonis pembeli yang niat berkurban di hari Idul Adha.

Eh, tapi kok....rasanya..... "Ayah...pipis...."
Ayah yang tadi pagi sudah begitu prepared atas kelengkapan Opan, menjawab, "Iya, pipis aja". Opan yang udah ngerti kalo mo pipis, dan gak pake diapers, harus ke kamar mandi, bilang lagi, "Ayah...........pipis........". 
Ayah yang yakin atas persiapannya dan tidak lupa tadi pagi sudah memakaikan Opan diapers menjawab tenang, "Iya.....pipis aja....". 
Opan heran dan mulai panik, "Ayah! Pipis...."
"Iya...gapapa...Opan pipis aja".
Merasa sudah memperingatkan atau karena memang sudah tidak tahan, pipislah Opan dengan bebasnya.
Lega.......air pipis Opan pun segera membasahi baju Ayah.

Ekspresi pertama Ayah: "Heh!?!"

Ekspresi berikutnya: *teriak ke dalam rumah sambil marah* "Siapa yang ngelepas popok Opaaaaaaaaaaaaaaaaaan..........!" 

Menanti Jodoh

Basi.


Ngga jadi nulis ah.

Sunday, March 01, 2009

Cerita Afa

Afa adalah anak kelas 1 SD yang penuh semangat dan tanpa disadarinya, memiliki bakat marketing yang cukup provokatif. Ajakan-ajakannya selalu diikuti teman-temannya tanpa ragu.

Hari itu, Afa mulai masuk sekolah lagi. Liburan kemarin Afa dikhitan. 
"Ga sakit tau'. Cuma kayak digigit semut!" katanya ke teman-teman. 
"Masa' sih Fa?". 
"Iya! Bener!", Afa menjawab dengan penuh keyakinan dan memang sangat meyakinkan.
Akhirnya teman-temannya percaya 100 %.

Aldi yang tidak meragukan cerita Afa, langsung menyatakan bersedia dikhitan kepada orangtuanya. Orang tua pun menyambut baik. Besoknya, pagi-pagi sekali Aldi dibawa ke dokter, minta dikhitan. Dokter siap dengan peralatannya, Aldi pun siap untuk sebuah rasa kayak digigit semut itu. Dokter kagum pada ketabahan anak yang tenang ini. 

Tanpa ragu-ragu khitan pun dilaksanakan. Spontan Aldi berteriak. Pak dokter yang telah bertahun-tahun berpengalaman mengkhitan, keheranan mendengar teriakan Aldi karena yang diteriakkan sungguh tidak biasa, tidak seperti teriakan anak-anak lain. Begitu pisau bedah mengkhitannya, kata-kata yang keluar dari mulut Aldi adalah, "AFA BO'OOOOOOOOOOOOOOOOOOOONG......!!!!!!!" 

Jam Jahat dan Jam Penipu

Kalau saya berangkat kerja sudah di jam mepet (tau kan maksudnya?), saya akan lebih attentive terhadap jam. Jam tangan orang lain, jam warteg yang keliatan dari angkot, jam di depan pak sopir, tapi tidak jam di toko jam. Kalau Anda ingin tau sekarang jam berapa, jangan tengok jam yang ada di toko jam, itu nasehat saya.

Nah, kemudian saya akan menggolongkan jam yang saya liat/intip/lirik itu sebagai jam jahat atau jam penipu. Jam jahat kalau jam yang saya liat itu diputar jauh lebih dulu dari jam normal, atau sebutlah jam TVRI. Jahat karena membuat adrenalin saya mengalir deras. Duh telat nih, duh parah nih telatnya, duh gede nih potongannya, duh gimana kalo ada murid ya, dan duh-duh yang lain. Padahal, pas nyampe, gak segitunya..... Jahat, bikin orang stres.

Penipu kalau jamnya disetel lebih lambat atau pas banget sama jam TVRI. Di jalan nyantai, eh tau-tau pas sampe kantor udah telat. Hiks, penipu!

Jam di kantor saya jelas lebih dulu dari jam TVRI dan tampaknya memutar jam lebih dulu sudah lazim dilakukan orang. Paling aman sih menengok hape sendiri lalu menguranginya 5 menit. Itu kira-kira sama dengan jam kantor. FYI, saya gak punya dan lagi gak pengen punya jam tangan. Maka terjadilah aksi intip-mengintip jam orang lain itu. Dasar saya yang skeptis, kalo pun kebetulan di jalan saya  berpapasan dengan muka jam, saya tetap akan bertanya-tanya, apa itu salah satu jam jahat atau jam penipu. Apa gejala jam beda-beda ini bisa disebut personalisasi jam? Itu disengaja kan? Hehe....

Coba Lagi

Hai! Hehe... nama saya masih Winy. I'm still a learner, still a dreamer. but not precisely jobless anymore :) Now I teach at a math course in South Jakarta and meet so many wonderful students.

Well, OK...some of you might notice that I didn't write regularly. As a matter in fact, I didn't write here for, 2 years? hehe.... Sebenarnya pengen banget bisa, malah pengen mahir - minimal terampil (apa sih? kursus menjahit?) - menggunakan segala macam blogging tools which were provided. Tapi, selama saya berada di dunia kerja, saya selalu mendapat rizki di tempat yang tidak difasilitasi internet. Jadilah saya terisolir dari internet (rumah? mmm... it's complicated). Blogging, off. Facebook, ga urgent lah kan udah ada Friendster. Chatting, tetep istiqomah buka YM sebagai awalan surfing untuk ngecek email yang pun gak semua kubaca.

Sudahlah, gak penting juga membahas hal ini, kecuali kalau Anda sedang meneliti fenomena blogging. Sekarang saya coba menulis lagi di sini karena ada akses internet di rumah and I'm ALLOWED to use it. Yuk....yuk...yuk.... nulis lagi.....